Jurnal Akidah Akhlak Tentang Akhlak Murid Terhadap Guru Menurut Kitab Ta'lim Muta'llim


Akhlak Murid Terhadap Guru
Andika
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl, Ki Hajar Dewantara 15a Iringmulyo, Kota Metro, Lampung, Indonesia, 34112
                                    youtube : New Tawaf Music                                      

Abstrak : Akhlak Murid Terhadap Guru
Menurut perspektif  islam, mendidik berarti mengajarkan/menjadikan peserta didik lebih menjadi pribadi yang sesuai dengan syariat islam dan ajaran islam. Supaya pendidikan islam diatas tercapai, maka seorang pendidik harus memiliki etika dan perilaku yang bagus agar bisa dicontoh para peserta didiknya. K.H  Muhammad Hasyim Asy’ari  Memberikan contoh atau pengetahuan untuk para peserta didik, agar menjadi peserta didik yang memperoleh pengetahuan dan kemampuan. Didalam pendidikan islam mengajarkan sebagai insan yang kamil dan menjadikan kepribadian seorang muslim yang utuh, yaitu menjadi nilai nilai kepribadian yang memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan ajaran-ajaran islam. Dengan demikian disebut dengan insan yang saleh, yaitu insan yang mendekati kesempurnaan. Adapun ciri khasnya adalah berusaha menjalankan perintah Allah,  menjauhi segala larangan nya dan selalu patuh terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.

Kata Kunci : Akidah Akhlak,Etika Terhadap Guru

Pendahuluan
Ilmu merupakan sarana bagi setiap insan untuk memperoleh kebagian kesejahteraan didunia dan akhirat, orang tanpa ilmu akan sesat dan menyesatkan, maka dari itu hukum menuntut ilmu adalah wajib. Dengan ilmu orang bisa menjadi mulya dan dimulyakan. Maka, sebagai manusi yang sempurna hendaklah menuntut ilmu sampai kapan pun dan selalu memikir dirinya, karena dengan ilmu manusia bisa membedakan mana yang terbaik untuknya dan mana yang tidak baik untuk dirinya baik urusan dunia maupun akhirat. Untuk sebagai manusia pandai-pandailah dalam menjalankan sesuatu yang dimana sesuatu itu dapat menyelamatkan dirinya masing-masing.
Etika murid sampai saat ini masih saja menjadi perdebatan dan problem didalam dunia pendidikan, dunia pendidikan dalam beberapa aspeknya tidak lepas dari adanya proses belajar mengajar  yang meniscayakan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Murid yang mempunyai etika mulia juga akan mampu mewujudkan nilai nilai seperti halnya mampu berhasil dalam proses belajarnya. Dengan etika dan perilaku yang baik seorang murid mampu mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Dalam zaman yang serba canggih ini banyak murid yang menyampingkan sifat etika terhadap gurunya, dan akhirnya tidak sedikit seorang pelajar yang mempunyai skil dan nilai yang baik dan akhirnya gagal dalam menuntut ilmu dan salah pergaulan.

A.  Pengertia Akhlak Dan Etika
Etika adalah ilmu yang mengajarkan tata cara berbuat baik terhadap sesama dan memanusiakan manusia, dan ilmu yang mengajarkan tujuan yang harus dicapai oleh manusia itu sendiri, menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya dihadapi. Lebih jelasnya, etika adalah sesuatu yang bisa membedakan baik dan buruknya pribadi manusia baik segi prilaku ucapan dan fikiran berdasarkan akal dan fikiran manusia, ataupu norma norma hukum yang sudah ditetapkan.[1] Kata khlak berasal dari bahasa arab jama yang mufrodatnya “ khuluqu “ yang berarti budi pekerti, tingkah laku atau watak. Menurut istilah akhlak adalah sesuatu perbuatan baik dan buruk seseorang, baik dari pergaulan manusia, dan menentukan hasil dari perbuatan yang dilakukan manusia itu sendiri. Sejatinya akhlak sudah tertanam pada diri seseorang, menyatu antara perilaku dan perbuatan indivdu. Apabila perilaku seseorang itu baik, maka didalam diri seseorang melekat akhlak yang baik, begitupun sebaliknya, jika akhlak seseorang itu buruk, maka, didalam diri seseorang itu juga buruk.
 Akhlak merupakan perilaku seseorang yang tampak dengan sangat  jelas, baik dengan ucapan maupun perbuatan seseorang yang dimana ucapan dan perbuatan tersebut bertujuan mendorong agar selalu taqwa terhadap Allah SWT. akhlak juga mempunyai banyak aspek yang berkaitan dengan batin dan fikiran setiap manusia, contohnya akhlak yang berhubungan dengan agama, akhlak terhadap Allah Swt, akhlah terhadap sesame manusia ( orang tua / guru ) dan akhlak terhadap alam sekitar. Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Qalam ( 68 ) 4 yang artinya :
“ Dan sesungguhnya Engkau ( Nabi Muhammad ) Benar-benar budi pekerti yang Agung “.
Ayat diatas jelas bahwa allah SWT menegaskan bahwa hanya nabi Muhammad satu-satunya nabi yang mempunyai budi pekerti yang sangat mulia dan agung. Dengan demikian setiap orang bukan berarti harus seperti nabi Muhammad, akan tetapi manusia harus lebih meningkatkan akhlaknya dengan tujuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu  Nabi Muhammad oleh Allah SWT juga dijadikan sebagai uswatun hasanah ( suri tauladan yang baik ) supaya makhluk-makhluknya menauladani akhlak tersebut.
Akhlak dibagi menjadi 2, yaitu : Akhlah Terhadap Allah SWT dan akhlah terhadap sesame manusia, oleh karena itu sebagai manusia yang kamil akhlak tidak hanya kepada sesesama manusia saja, akan tetapi akhlak terhadap Allah juga harus dilakukan. Bisa disebut akar akhlak adalah sebagai aqidahnya dan pohonya akhlak adalah syari’atnya, dan akhlak sebagai buahnya. Jika akarnya busuk maka pohonnya akan rusak, jika pohonnya rusak, maka buanya akan busuk ( tidak ada ), maka dari itu sebagai insan kamil jagalah akhlak dengan sebaik-baiknya. Nabi Muhammad bersabda yang diceritakan oleh Abdullah Bin ‘Amr Bin ‘Ashz yang artinya : “ sesungguhnya yang terbaik di anatara kalian adalah yang paling baik akhlaknya “. ( H.R Al-Bukhari, 10/378 dan Muslim No 2321 ).[2]

B.     Etika Murid ( Pesera Didik )
Menurut K.H Muhammad Hasyim Asy’ari etika yang harus dimiliki oleh peserta didik ( murid ) ada 10 ( untuk mencari/mendapat barokah dalam mencari ilmu ) :
Pertama, peserta didik agar memberrsihkan hati dari setiap bujukan-bujukan, kotoran hati, sifat dengki, keyaqinan dan pandangan yang buruk ( akhlak tercela ).
Dengan menerapkan etika yang diatas dan menjadikan sebagai landasan untuk mencari ilmu dan pengetahuan, maka peserta didik akan mudah untuk memproleh ilmu dan hatinya akan tertata dengan baik dan bersih.
Kedua, peserta didik hendaknya meluruskan niatnya dalam mencari ilmu, yakni hanya mencari ridho Allah dan menghilangkan kebodohan.
Ketiga, hendaklah menjadi peserta didik yang selalu semangat, antusias dan benar bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, baik keaadan muda maupun tua. Dan tidak menunda-nunda dan bermalas-malasan.
Keempat: Sebagi peserta didik ( murid ) harus mempunyai sifat qanaah ( menerima ), baik dalam segi hal pakaian makanan dan minuman.
Kelima: peserta didik harus bisa mengatur waktu ( siang dan malam ), memanfaatkan waktu yang ada, karena menyia-nyiakan waktu tidak ada harganya.
Keenam: peserta didik hendaknya mengurangi pola makan dan minumnya. Karena sejatinya kenyang itu akan mencegah ibadah dan memberatkan badan.
Ketujuh: peserta didik hendaknya menjaga diri dari sifat wara’ ( menjauhi barang haram ) dan berhati-hati dalam menjaga sikap dan perbuatan.
Kedelapan: peserta didik harus makanan-makanan yang menyebabkan lemah pikiran dan lemah panca indra seperti apel yang masih asam, kacang dan minum cuka.
Sembilan: peserta didik dianjurkan agar mengurangi tidur selama tidak ada kepentingan. Dan tidak menambah tidur melebihi delapan jam sehari semalam.
Sepuluh: peserta didik agar mengurngi pergaulan, karena mengurangi pergaulan merupakan salah satu hal yang penting yang harus dikerjakan oleh peserta didik, apalagi bergaul dengan lawan jenis lebih-lebih bila hanya untuk bertujuan bercanda gurau dan akhirnya mengganggu proses belajarnya.

C.    Etika Murid Terhadap Guru ( Guru )
Didalam kitab adab al-Alim wa al-Muta’allim, K.H Muhammad Hasyim Asy’ari menjelaskan etika peserta didik ( murid ) terhadap gurunya ( pendidik ) adapun etika yang harus dimiliki oelh seorang murid antara lain :
1.         peseta didik harus pandai dalam memilih siapa yang akan menjadi gurunya nanti, jika sudah mendapatka seorang guru, maka hendaknya berakhlak dan beretika dengan sebaik-baiknya lebih lebih selalu menghormati gurunya. Dalam artian, peserta didik harus benar benar mencari guru yang dimana guru tersebut mempunyai pengetahuan dan keahlian, mempunyai jiwa pendidik, dan mempunyai sifat wibawa, dan guru tersebut mempunyai cara mengajar yang dimana ketika mengajar mudah untuk dipahami. Memilih guru harus satu agama ( satu aqidah ) satu tujuan.
2.          peserta didik harus bersunguh-sungguh dalam mencari seorang yang akan dijadikan guru ( pendidik ), yang betul betul menguasai ilmu syari’at dengan sempurna dan lebih lebih calon guru yang akan dipilih tersebut sering bergaul dengan para ulama ulama dahulu.
3.          peserta didik berkeyakinan bahwa calon pendidiknya benar benar orang yang menguasai ilmu dan professional, menghormati dan menjaga nama baik, karena dengan ini lah peseta didik akan mendapatkan manfaatnya ilmu.
4.          peserta didik harus mempunyai sifat sabra, untuk menghadapi apapun yang dilakukan oleh gurunya. Dan jangan sekali-kali hal itu mengendorkan keyakinan dan kesempurnaanya.
5.         hendaknya peserta didik selalu minta izin kepada gurunya.
6.          peserta didik harus menjaga etika, bahasa, dan tingkah laku, dan jangan mengatakan kenapa “ saya tidak dapat menerima, siapa yang mengutip pendapat itu, dimana pengambilan masalah ini “, dan kata-kata yang serupa.
7.         peseta didik harus memperhatikan dengan serius ketika guru memberikan pengetahuan, baik berupa dalil, syair, meskipun sudah hafal, hendaknya tetap memperhatikan apa yang sedang disampaikan oleh pendidik.
8.         peseta didik harus mengalah ( tidak mendahului sebelum diperintah ) ketika menjelaskan masalah ataupun mengajukan pertanyaan, bahkan dalam keadaan mampu, dan berusahalah tidak mengerti dengan materi yang diberikan walau aslinya sudah paham.
9.         peserta didik hendaknya menerima dengan tangan ketika pendidik memberikan sesuatu kepadanya. Dan bila yang diberikan guru berbentuk surat, maka bacalah kemudian haturkan dalam keadaan terbuka kecuali kalau guru menghendaki dilipat. jangan sekali-kali seorang peserta didik membuka surat tanpa ada perintah dari pendidiknya, karena guru juga mengajarkan dengan perbuatan, bukan hanya mengajarkan materi.[3]

D.    Konsep Pendidikan Akhlak Kiai Ahmad Sakhowi Amin Dalam Kitab Miftah Al-Akhlaq
Dalam pandangan Ahmad Sakhowi Amin ( 1969: 26-27 ) bahwa akhlak seorang yang mencari ilmu meliputi :
1.    Peserta didik mempunyai keyakinan bahwa kebaikan seorang guru lebih besar dari kebaikan orang tuanya sendiri. Orang tua dan guru adalah orang yang mulia, akan tetapi sebagai peserta didik lebih baik memulyakan gurunya dahulu daripada orang tuanya, karena orang tua secara tidak langsung hanya mendidik fisik, dan guru mendidik ruh yang dimana dengan dididiknya ruh seorang murid akan selamat dari gelapnya kebodohan, dan guru yang mengajarkan kepada murid muridnya tentang keutamaan dan kesempurnaan. Karena manusia tanpa adanya seorang guru dan dibekali dengan ilmu tentu akan sesat dan sama seperti hewan. Dan apabila murid tidak memuliakan seorang guru maka murid tidak akan mendapat barokah dan mafaat dari ilmunya.
2.    Patuh dan tunduk kepada guru. Patuh dan tunduk kepada orang yang memberikan ilmu merupakan akhlak yang terpuji, karena patuh dan tunduknya seorang murid merupakan salah satu bentuk rasa hormat dan menghargai terhadap guru.
3.    Duduk dan mendengarkan dengan baik ( Jatmiko ). Ketika dalam pembelajaran seorang murid harus duduk dengan tenang dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh gurunya, lebih lebih menghormati lmu dan gurunya, ketika dalam satu majelis atau ruangan/kelas hendaklah posisi duduk murid jangan terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan guru, dan disertai dengan penuh keistiqomahan. Karena ketenangan dalam pembelajaran merupakan cara agar materi dapat masuk dan dapat dipahami dengan mudah.
4.    Serius dalam memahami materi ( tidak bercanda ). Dalam pembelajaran hendaknya murid tidak melakukan hal yang sifatnya bercanda gurau, karena hal itu dapat mengganggu proses belajar, hendaknya dalam proses belajarnya mendengarkan materi yang sedang disampaikan oleh gurunya.
5.    Tidak memuji kelebihan guru dihadapan orang lain. Dikhawatirkan perasaan seorang guru akan tersinggung dan dan salah faham serta menganggap peserta didiknya menyamakan guru satu dengan yang lainnya.
6.    Selalu bertanya . salah satu adab murid adalah menjauhi sifat malu, apalagi sampai malu bertanya maka sampai kapanpun murid tidak akan dengan materi apa yang sudah dijelaskan. Apabila guru sudah selesai menjelaskan materi dan murid tidak paham, maka hendaklah murid bertanya.[4]

E.     Etika Murid Terhadap Guru Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim
Didalam kitab ta’lim muta’allim sudah dijelaskan bahwa setiap orang yang mencari ilmu ( murid ) harus mempunyai etika yang baik kepada gurunya. Karena guru adalah orang yang mempunyai jiwa yang mulia dan kedudukan guru diterapkan dibawah kedudukan Nabi, dengan tujuan supaya murid memulyakan gurunya. ( Az-Zarnuji : 91 ). Sebagai murid hendaknya mempuyai sikap war’ ( menjauhi barang haram/berlebihan/zuhud ) dalam beretika kepada gurunya. Karena dengan sifat wara’ murid akan mendapat manfaat dan barokah dari ilmu nya tersebut. Berikut sifat sifat wara’:
1.    makan secukupnya dan jangan terlalu kenyang
2.    tidur secukupnya dalam 24 jam
3.     memanfaatkan waktu dan menjaga diri supaya tidak berbicara yang tidak ada manfaatnya
4.    Menghindari sifat ghibah ( membicarakan kejelekan orang lain )
5.    Menjauhi perkumpulan yang dimana perkumpulan tersebut hanya bercanda gurau, karena perkumpulan yang seperti itu hanya akan mencuri manfaatnya umur, dan sangat menyia-nyiakan waktu
6.    Menjauhkan diri dari orang-orang yang sering melakukan maksiat dan berbuat fasad ( kerusakan ), baiknya seorang murid lebih baik mendekatkan diri pada orang orang yang mempunyai pengetahuan yang diatasnya.
7.    Lebih giat lagi dalam melaksanakan sunah nabi dan perbuatan yang bersifat baik.
8.    Jangan sampai meninggalkan kewajiban sebagai orang mukmin dengan cara mejalankan sholat tepat waktu serta penuh dengan kekhusuyuk’an.
9.    Usahakan membawa buku dan mempelajari apa yang sedang dihadapinya.
Adapun sikap dan adab seorang murid terhadap gurunya adalah menunjukkan rasa hormat dan menghargai atas semua ilmu yang telah disampaikan kepada gurunya, Az Zarnuji tidak menjadikan keduanya analistik, sebagaimana ia juga tidak memisahkan antara intelektualitas pendidikan dan spiritualnya. Karena murid tidak dibenarkan hanya menimba intelektualitas seseorang, tetapi hak yang melekat padanya ditelantarkan. Didalam kitab ta’lim muta’allim menyebutkan bahwa “ keberhasilan seseorang tergantung pada penghormatannya, dan kegagalan seseorang karena meremehkan”. Sebagai murid yang baik, hendaknya mempunyai sikap yang baik terhadap gurunya selalu mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya dan melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh seorang guru. Murid harus mempunyai sikap rendah hati, terutama kepada ilmu dan guru, murid harus mencari riha dari gurunya, dan menjauhi perkara yang menimbulkan murkanya guru, dan selalu mematuhi apapun yang diperintahkan guru asal tidak melanggar agama. Karena dengan demikian murid akan mendapat barokah dan mendapat manfaat dari ilmunya.
Dan selanjutnya bagi seorang murid tidak patut apabila memasuki ruangan guru tanpa ada izin dari gurunya, murid tidak memperoleh manfaat dari ilmu jika tidak menghargai ilmu dan guru. Ada yang mengatakan “menghormati itu lebih baik daripada menaati”.( Az-Zarnuji : 16 ).
Az Zarnuji mengatakan apabila seorang murid lebih menghormati gurunya, maka sama dengan ia menaikkan tingkat ketaqwaannya kepada Allah SWT sangat tinggi, ketinggian cara beretika kepada guruya, orang yang lebih tua darinya, lebih lebih apabila murid menambah sifat ketaqwaannya kepada Allah maka allah semakin mengangkat tinggi-tinggu derajat dan martabatnya.[5]

F.     Etika Berinteraksi Dengan Pendidik ( Guru )
Pertama, Imam An-nawawi mengatakan bahwa sebaiknya seorang peserta didik hendaknya selalu menghormati pendidiknya ( jangan bermain-main ) maupun bercanda gurau dihadapan pendidiknya maupun dihadapan teman-temannya, ketika pendidik memberikan materi jangan pernah memalingkan muka, akan tetapi pandang dan simaklah pendidik dengan penuh keseriusan ketika pendidik memerikan materi. Belajar yang bersungguh-sungguh sangatlah penting, maka ketika pembelajaran dikelas sudah dimulai, alangkah baiknya seorang peserta didik benar-benar fokus terhadapa materi yang sedang diberikan oleh guru ataupun dosen. Karena dengan belajar yang sungguh-sungguh nantinya akan mempermudah peserta didik untuk menjawab soal-soal ketika menghadapi ujian maupun kuis. Dengan belajar yang sungguh-sungguh tentunya siswa/mahasiswa ketika mendapatkan tugas tidak ada yang namanya kerja kebut semalam ( lembur ). Karena belajar itu tidak hanya dikelas, diluar kelas pun juga termasuk belajar.
Kedua, seorang peserta didik hendaknya menunggu instruksi dari pendidiknya, jika didalam pemebejaran mendapatkan suatu masalah terkait mata pelajaran, jangan meminta guru untuk memintakan materi yang dimana materi tersebut menyinggung hati seorang pendidik, jangan meminta pendidik untuk menjelaskan materi, yang dimana materi tersebut seorang pendidik tidak menyukainya ( tidak nyaman ), jangan memaksa pendidik untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh murudnya.
Ketiga, ketika bertanya, maka memakailah tutur kata yang lemah lembut, sopan sehingga hati guru dapat menerima dengan baik, jangan sampi peseta didik malu ketika didalam hatinya mendapat keganjalan terhadap materi yang telah disampaikan, mintalah kepada pendidik pejelasan materi yang diberikan dengan sejelas jelasnya, karena jika materi tersebut tidak faham dan siswa tidak mau bertanya maka efeknya sangat besar, orang malu akan sesat dijalan, sebagai peserta didik tampakkan sifat bodhmu dan kekuranganmu dihadapan guru dan orang lain.
Keempat, apabila pembelajaran sudah selesai dan pendidik bertanya terkait materi yang sudah disampaikan, hendaknya peserta didik jangan menjawab dengan jawaban “ iya “ karena orang yang malu dan membohngi diri nya sendiri tentu orang tersebut telah mendustai dirinya sendiri. Oleh karena itu seorang peserta didik jangan pernah malu ketika mengucapkan kata “ saya tidak paham “ karena ucapan ini cepat atau lambat akan memberikan pemahaman kepada siswa, terbebas dari sifat kemunafikan dan dapat memahami apa yang seharusnya peserta didik belum kuasai.
Kelima, peserta didik harus yakin terhadap gurunya, materi yang disampaikannya, karena guru adalah orang yang ikhlas dalam menyampaikan materi kepada murid-muridnya. Guru juga orang yang patut untuk dituru, mulai dari cara berpakaian bahkan sampai tutur katanya. Iman Nawawi mengutip pendapat ini dari Khalil Ibnu Ahmad yang mengatakan “ bahwasanya kebodohan itu bukan karena watak, akan tetapi kebodohan itu karena malu dan sombong”.
Keenam, seyogyanya apabila seorang guru menceritakan sebuah kisah atau permasalahan seorang murid dalam keadaan sudah hafal/faham, mendengarkan terlebih dahulu, dan apaila pendidik menyurug menghafal maka peserta didik berusaha untuk menghafal. Karena mendengarkan materi yang sedang disampaikan pendidik merupakan sumber informasi yang didapat murid sebagai bahan refrensi. Peserta didik harus pandai mengatur panca indranya, apabila pendidik meminta mendengarkan maka peserta didik jangan sampai menulis bahkan menghafal, karena kebanyakan murid apabila penjelasan yang sedang disampaikan oleh penddik tidak membuat tertarik, maka siswa cenderung mengobrol sama teman-temannya bahkan melakukan aktifitas yang lain.
Ketujuh, sebagai peserta didik harus pandai dalam mengartur waktu, ketika diberi tugas, hendaknya semaksimal mungkin untuk mengerjakannya baik itu waktu pagi maupun malam hari. Musafir ataupun mukim, jangan menyia-nyiakan waktu yang ada kecuali menggunakan waktu untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, tidur. Dan itupun harus sesuai dengan ukurannya, terlebih jangan sampai berlebihan. Istirahat sebentar agar badan dan fikiran kembali fit lagi.
Kedelapanan, mempunyai sifat sabar dalam menghadapi sikap pendidiknya, kalaupun pendidik tersebut ada etika yang tidak sesuai, jangan sekali-kali berpaling belajar darinya meskipun pendidik mempunyai sikap yang tidak sesuai, tetap yakinlah kesempurnaan ilmunya, selalu berprasangka yang baik terhadap apapun yang telah dilakukan oleh seorang pendidik.
Kesembilan, salah satu etika seorang murid adalah dengan beretika yang baik serta bersikap santun dan bercita-cita yang tinggi. Jangan merasa puas terhadapa ilmu yang sudah didapat karena dengan belajar lebih giat lagi akan mendapatkan lebih banyak lagi, jangan pernah menunda-nunda tugas yang diberikan guru, jangan sampai meninggalkan hal yang bersifat positif,  dan manfaatkan waktu dengan semaksimal mungkin walaupun dalam waktu satu jam. Karena menunda-nunda sesuatu yang baik berarti kehilagan kesempatan yang baik juga karena kesempatan tidak datang untuk yang kedua kalinya.
Kesepuluh, apabila seorang peserta didik sudah masuk kelas dan gurunya belum datang, maka hendaklah menunggu samapi guru datang, jangan sampai meninggalkan kelas sebelum guru menyuruh untuk meninggalkan kelas, menggunakan waktu yang ada, dengan cara membaca buku yang terkait dengan materi pada hari itu, diskusi dengan teman sekelasnya.[6]

G.    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan etika murid terhadap guru menurut kitab Ta’lim Muta’allim Karya Syaikh Az- Zarnuji dan K.H Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai Berikut : petama, hendaknya seorang menghormati ilmu dan guru, tidak masuk ruangan nya kecuali mendapat izin darinya, menjaga waktu, hendaknya tidak berbicara dihadapan guru.
Kedua, etika lebih ditekankan yang menurutnya mutlak diperlukan sebagai komponen yang menjadi salah satu indikator dan syarat untuk mendapatkan barokah dan manfaatnya ilmu. Ketiga, Dengan etika dan perilaku yang baik seorang murid mampu mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Dalam zaman yang serba canggih ini banyak murid yang menyampingkan sifat etika terhadap gurunya, dan akhirnya tidak sedikit seorang pelajar yang mempunyai skil dan nilai yang baik dan akhirnya gagal dalam menuntut ilmu dan salah pergaulan.

H.    Referensi
A. Rifqy Hanif, Abdul Khobir. “Konsep Akhlak Seorang Peserta Didik Dalam Mencari Ilmu Menurut Kiai Ahmad Sakhowi Amin ( Kajian Kitab Miftah Al-Akhlaq ).” Forum Tarbiyah 11, no. 1 (Juni 2013).
Anisa Nandya. “Etika Murid Terhadap Guru ( Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az Zarnuji ).” Mudarrisa 2, no. 1 (Juni 2010).
Erik Suwandinata, Achyar. “Etika Peserta Didik Dan Pendidik Menurut Muhammad Nawawi Al-Jawi ( 1230-1314 / 1813-1897 M ).” Hijri Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 2 (Desember 2017).
Salminawati. “Etika Pesrta Didik Perspektif Islam.” Jurnal Tarbiyah 22, no. 1 (Juni 2015).
Sulhan, Mohammad Muchlis Solichin. “Etika Peserta Didik Dalam Pembelajaran Perspektif K.H Hasyim Asy’ari.” Tadris 8, no. 2 (Desember 2013).
Syarifah Habibah. “Akhlak Dan Etika Dalam Islam.” Jurnal Pesona Dasar 1, no. 4 (Oktober 2015).



[1] Achyar Erik Suwandinata, “Etika Peserta Didik Dan Pendidik Menurut Muhammad Nawawi Al-Jawi ( 1230-1314 / 1813-1897 M ),” Hijri Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 2 (Desember 2017): 3.
[2] Syarifah Habibah, “Akhlak Dan Etika Dalam Islam,” Jurnal Pesona Dasar 1, no. 4 (Oktober 2015): 73.
[3] Mohammad Muchlis Solichin Sulhan, “Etika Peserta Didik Dalam Pembelajaran Perspektif K.H Hasyim Asy’ari,” Tadris 8, no. 2 (Desember 2013): 186–95.
[4] Abdul Khobir A. Rifqy Hanif, “Konsep Akhlak Seorang Peserta Didik Dalam Mencari Ilmu Menurut Kiai Ahmad Sakhowi Amin ( Kajian Kitab Miftah Al-Akhlaq ),” Forum Tarbiyah 11, no. 1 (Juni 2013): 61.
[5] Anisa Nandya, “Etika Murid Terhadap Guru ( Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az Zarnuji ),” Mudarrisa 2, no. 1 (Juni 2010): 177–80.
[6] Salminawati, “Etika Pesrta Didik Perspektif Islam,” Jurnal Tarbiyah 22, no. 1 (Juni 2015): 12–14.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MAKALAH DASAR-DASAR QUR’ANI DAN SEJARAH TIMBULNYA ILMU KALAM

MAKALAH PENGETIAN MAHABBAH DAN TOKOH YANG MENGEMBNGKAN MAHABBAH

Jurnal Akidah Akhlak Adab Bergaul Dengan: Remaja, Teman Sebaya, Orang Yang Lebih Tua, Orang Yang Lebih Muda, Dan Lawan Jenis

JURNAL ADAB DALAM PERJALANAN/SAFAR DAN DALILNYA

Jurnal Kesibukan Seseorang Menjadi Alasan Menjamak Sholat Menurut Ulama

Jurnal Hukum Adab Bertetangga Dan Implementasinya

Jurnal Adab Dalam Berpakaian Dalil Dan Hikmah Berpakain Sopan