Jurnal Hukum Adab Bertetangga Dan Implementasinya

 Mai Lusiana
Institut Agama Islam Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15a Iringmulyo, Kota Metro, Lampung, Indonesia, 34112

A.           Pendahuluan
Seorang muslim dikatakan baik apabila menjalankan semua perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan bermodalkan keimanan dan ketakwaan merupan suatu bentuk ketaatan seorang muslim kepada Tuhannya. Tidak hanya ibadah atau hubungan baik dengan Tuhannya saja, seorang muslim juga memiliki tiga hubungan baik, yaitu pertama bagaimana ia menjaga hubungan baiknya terhadap Tuhannya, kedua bagaimana ia menjaga hubungan baiknya dengan sesama manusia, dan yang ketiga bagaimana ia menjaga hubungan baiknya dengan lingkungannya.
Jika seorang muslim sudah menjalankan dari ketiga hubungan baik tersebut, niscaya kehidupannya akan berjalan dengan damai dan tertata. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang muslim dalam mensejahterakan kehidupannya baik di dunia maupun untuk mempersiapkan bekal untuk di akhirat yaitu bagaimana ia menjaga agar ketiga hubungan tersebut berjalan dengan berdampingan tanpa merugikan nilai-nilai ibadah lainnya. Salah hubungan yang dinilai penting terutama dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia yaitu bersikap baik terhadap kerabat atau tetangga. Bersikap baik tidak hanya dilakukan pada saat beribadah saja, namun dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia pun diperlukan tata cara atau bentuk sikap yang sering disebut dengan adab.
Mungkin hal tersebut terdengar biasa-biasa saja, tetapi hal tersebut bisa menjadi sebuah nilai yang begitu tinggi bagi kehidupan manusia ketika rusaknya tatanan dalam stuktur masyarakat dan tata cara atau adab itulahyang  akan menjadi sebuah obat untuk memperbaiki kerusakan dalam perilaku di kehidupan bermasyarakat.
Sebegitu pentingnya menjaga adab-adab dalam kehidupan ini. Salah satu adab yang perlu dan harus diperhatikan dan diamalkan dengan nilai-nilai yang baik adalah bagaimana kita menjaga adab dengan tetangga dan bagaimana cerminan yang baik terhadap adab bertetangga tersebut. Seseorang yang memiliki adab ketika akan atau sedang melakukan sesuatu pasti akan mempertimbangkan atau selalu mengambil etika-etika yang baik dengan tujuan menjaga agar kelangsungan kehidupan dilingkungannya berjalan dengan baik. Sebaliknya seseorang yang yang tidak menggunakan adab justru akan bertindak semaunya sendiri, tanpa memfikirkan dampak yang ditimbulkan dari perilakunya terhadap susunan kehidupan disekitarnya.
Dalam konteks ini maka diperlukannya pendidikan akhlak terhadap penanaman kebiasaan atau adab yang baik. Karena semakin lama perubahan dalam perilaku manusia selalu dan terus berkembang. Dan nilai-nilai tersebut akan menjadi bekal dalam menjalanai kehidupan di masyarakat yang memiliki nilai-nilai yang sangat penting terutama dalam berinteraksi dengan sesama manusia

B.            Pengertian Adab Bertetangga
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam interaksi kehidupannya tidak bisa terlepas dari campur tangan orang lain. Jadi dikatakan mustahil jika manusia itu bisa hidup sendiri didunia ini. Seperti dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya sudah pasti manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Dan tetangga adalah orang terdekat dengan rumah kita.
Adab bertetangga adalah suatu tindakan yang dilakukan ketika berinteraksi dengan orang terdekat atau yang disebut dengan tetangga, baik itu dalam bentuk ucapan lisan seperti menyapa atau mengucapkan salam maupun dalam bentuk perilaku atau tindakan fisik. Adab tersebut sudah semestinya dilandasi dengan pendidikan atau menanaman akhlak yang baik. Dalam agama islam kaitan akhlak dengan keimanan seseorang tidak bisa terlepaskan antara keduanya. Hal tersebut sudah terceminkan dalam diri rasul dalam pengarahan-pengarahannya terkait akhlak.[1]
Dalam islam kata tarbiyah digunakan dalam istilah pendidikan. Dalam istilah tarbiyah tersebut mengandung banyak arti seperti membentuk, mendedikasi, mengarahkan, mengajarkan, memperbaiki, mengatur dan masih banyak lagi. Pendidikan pertama diperoleh dari keluarga dan guru pertama adalah ibu.[2] Nilai pendidikan yang perlu ditanamkan yaitu nilai akidah. Pelaksanaan pendidikan islam bertujuan membentuk karakter yang religius sehingga dapat mencerminkan kepribadian yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.[3] Nilai tersebut mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa menjadikan manusia terawasi gerak geriknya oleh penciptanya. Seperti dalam suatu hadis yang berarti,” orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dauwud dan Tirmidzi).[4]
Menurut imam al Ghazali, adab bertetangga yaitu mendahului berucap salam, tidak berlama-lama berbicara, tidak banyak mengajukan pertanyaan, menjenguk tetangga yang sedang sakit, berbela sungkawa ketika terdapat tetangga tertimpa musiabah, ikut bergembira demi kegembiraan tetangga, berbicara yang baik terhadap anak-anak dan pembantunya, memaafkan kesalahan tetangga, meminta dan memberikan bantuan, menundukkan pandangan dengan maksud menghormati permintaan tetangga, dan tidak terus-menerus memperhatikan fisik tetangga terutama terhadap tetangga yang berlawan jenis.
Dalam ajaran Islam setiap orang mempunyai hak tertentu dalam pemenuhannya. Salah satunya yaitu hak mendapatkan rasa aman dan terlindungi. Begitupun dengan tetangga yang kehadirannya dapat dikatakan setiap saat dekat dengan rumah kita. Dari pemenuhan hak tersebut terdapat beberapa adab dalam bertetangga, diantaranya yaitu mendahului atau membalas salam tetangga. Dengan memberikan salam akan memperindah pendekatan terhadap tetangga kita. Tidak hanya itu memberi salam juga merupakan suatu bentuk ibadah dan dapat menciptakan banyak manfaat dalam nilai-nilai kehidupan.
Beberapa ulama berpebdapat bahwa mengucapkan salam dan meminta izin disyariatakan dalam al Quran dan as sunnah. Permintaan izin dan pengucapan salam merupakan sutu bentuk adap dan menghargai keberadaan tetangga. Meskipun demikian, masih terdapat selisih pendapat tentang perkara tersebut. Apakah yang didahulukan salam kemudian meminta izin atau meminta izin kemusian memberi salam. Namun masalah tersebut dapat terjawab dalam adab memberi salam terlebih dahulu kemudian diikuti dengan permintaan izin.[5]
Kedua, tidak berlama-lama ketika sedang berbicara. Berinteraksi langsung seperti berbicara merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dalam bermuamalah dan menjaga adab terhadap tetangga, namun ketika porsinya terlalu berlebihan justru malah akan menimbulkan hal-hal yang kurang baik. Misalnya, karena terlalu lama berbicara bukannya merasa terpenuhi hak dari tetangga kita malah sebaliknya, tetangga merasa bosan atau jenuh karena terlalu panjangnya pembicaraan sehingga menyita waktu tetangga yang seharusnya ia pergunakan untuk kegiatan lain. Selain itu seseorang yang terlalu lama dan terlalu asik dalam berbicara atau mengobrol bisa melakukan hal yang dilarang oleh Allah seperti menceritakan keburukan orang. Bukannya bernilai ibadah justru malah bernilai dosa.
Ketiga, menjenguk tetangga yang sakit. Apabila terdapat kerabat atau tetangga yang sakit, maka kita berkewajiban untuk menjenguknya. Pemenuhan atas hak tersebut akan menjaga jalinan peraudaraan dan memberikan motivasi penyembuhan kepada tetangga yang sakit. Bukankah manusia makhluk sosial, jadi dalam beraktifitas tidak bisa terlepas dari campur tangan orang lain.
Keempat, berbela sungkawa ketika tetangga mengalami musibah. Akhlak yang baik akan mencerminkan perilaku yang baik pula. Jika orang-orang dilingkungan kita sedang tertimpa musibah sebagai orang yang beriman sudah semestinya kita ikut berbelasungkawa. Tidaklah pantas ketika tetangga kita sedang tertimpa musibah, kita justru malah asik dan bersenang-senang sendiri dirumah kita.
Kelima, berbicara yang baik. Ketika berbicara dengan tetangga pilihlah bahasa yang halus dan baik. Hal tersebut merupakan adab karena lisan yang tidak dijaga dengan kata-kata yang baik akan melontarkan kata-kata yang dapat melukai perasaan lawan bicaranya, tidak hanya menyakiti perasaan tetangga saja, hal tersebut juga bisa membawa kepada kebinasaan.
Dari beberapa adab yang disebutkan diatas, masih banyak lagi adab-adab dalam bertetangga yang perlu di jaga dan dijalankan dengan aturan norma agama dan masyarakat yang ada. Apabila adab-adab tersebut penerapannya sudah terlaksana sudah bisa ditebak pemenuhan hak tetangga sudah pasti terpenuhi.

C.           Implementasi Adab Bertetangga
Dalam penerapannya perlunya diperlukan manajemet atau perencanaan. Hal tersebut bertujuan terpenuhinya hak tetangga dan terciptanya kehidupan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Selain perlunya perencanaan, penanaman dasar-dasar pengetahuan perlu dilakukan. Penanaman nilai-nilai tersebut dapat diperoleh dai kajian-kajian taklim dan forum pendidikan lainnya. Dengan begitu kejelasan dalam melakukan adab bertetangga tidak akan salah dalam penempatannya dan sesuai dengan porsinya masing-masing.[6]
Islam sebagai ajaran yang sempurna mengajarkan nilai-nilai dedikasi dalam penerapan segala aspek kehidupan. Dalam aspek bermasyarakat yaitu memberikan perilaku baik terhadab tetangga atau sering disebut dengan adab bertetangga. Dalam adab tersebut terdapat prinsip-prinsip yang tertanam didalamnya. Seperti, prinsip persaudaraan, prinsip tolong menolong, dan prinsip melindungi.[7]
Penerapan adab bertetangga tidak hanya dilihat dari segi agama saja, adab tersebut pun banyak terdapat dalam interaksi adat dan budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti dalam daerah bumi lampung, dalam ajaran-ajaran yang ditanamkan adat lampung banyak terdapat kesamaan dengan adab bertetangga yang diajarkan oleh agama islam. Penerapan adab tersebut dapat terealisasi dengan baik ketika perpaduan antara adat dengan ajaran dan tuntunan islam dipadukan dengan baik dan berjalan beriringan antara satu dengan lainnya. Hal tersebut menandakan keberhasilan dalam menciptakan lingkungan yang beradab antar tetangga dan menciptakan kerukunan serta kenyamanan dalam lingkungan tempat tinngal.

D.           Kesimpulan
Adab bertetangga adalah suatu tindakan yang dilakukan ketika berinteraksi dengan orang terdekat atau yang disebut dengan tetangga, baik itu dalam bentuk ucapan lisan seperti menyapa atau mengucapkan salam maupun dalam bentuk perilaku atau tindakan fisik. Adab tersebut sudah semestinya dilandasi dengan pendidikan atau menanaman akhlak yang baik.
Menurut imam al Ghazali, adab bertetangga yaitu mendahului berucap salam, tidak berlama-lama berbicara, tidak banyak mengajukan pertanyaan, menjenguk tetangga yang sedang sakit, berbela sungkawa ketika terdapat tetangga tertimpa musiabah, ikut bergembira demi kegembiraan tetangga, berbicara yang baik terhadap anak-anak dan pembantunya, memaafkan kesalahan tetangga, meminta dan memberikan bantuan, menundukkan pandangan dengan maksud menghormati permintaan tetangga, dan tidak terus-menerus memperhatikan fisik tetangga terutama terhadap tetangga yang berlawan jenis.
Dari uraian diatas dapat diambil simpulan bahwa pentingnya menjaga adab terutama adab bertetangga. Karena kondisi jasmani dan rohani yang sehat tercipta dari dedikasi akhlak dan penanaman nilai-nilai baik dalam diri seseorang tersebut.

E.            Referensi
Aih Kemal Mustofa, Asep Muhyiddin, dan Nase. “Manajemen Majelis Taklim dalam Mningkatkan Fungsi Masjid.” Tadbir Jurnal ManajemenDakwah 2, no. 1 (t.t.): 2017.
Ibrahim Bafadhol. “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam.” Jurnal Edukasi Ialam Islam 6, no. 12 (2017).
Muhamad Husni. “Pendididkan Islam dalam Membangun Etika Peradaban sebuah Kajian Diskurtif.” Edureligia 2, no. 1 (t.t.): 2018.
Nur Setiawati. “Tantangan Dakwah dalam Perspektif Kerukunan Antar Umat Beragama.” Jurnal Dakwah Tabligh 13, no. 2 (2012).
Rohmansyah. “Pendidikan Akhlak Bermasyarakat dalam Perspektif Hadis Nabi.” Edukasi 5, no. 2 (2017).
Sulaiman. “Penguatan Prophetic Parenting di Majlis Taklim Khairun Nisa Kelurahan Tambakejo Kecamatan Gayamsari Semarang.” Dimas 14, no. 1 (2014).





[1] Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam,” Jurnal Edukasi Ialam Islam 6, no. 12 (2017): 45.
[2] Sulaiman, “Penguatan Prophetic Parenting di Majlis Taklim Khairun Nisa Kelurahan Tambakejo Kecamatan Gayamsari Semarang,” Dimas 14, no. 1 (2014): 74.
[3] Muhamad Husni, “Pendididkan Islam dalam Membangun Etika Peradaban sebuah Kajian Diskurtif,” Edureligia 2, no. 1 (t.t.): 28.
[4] Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam,” 5.
[5] Rohmansyah, “Pendidikan Akhlak Bermasyarakat dalam Perspektif Hadis Nabi,” Edukasi 5, no. 2 (2017): 32.
[6] Aih Kemal Mustofa, Asep Muhyiddin, dan Nase, “Manajemen Majelis Taklim dalam Mningkatkan Fungsi Masjid,” Tadbir Jurnal ManajemenDakwah 2, no. 1 (t.t.): 25.
[7] Nur Setiawati, “Tantangan Dakwah dalam Perspektif Kerukunan Antar Umat Beragama,” Jurnal Dakwah Tabligh 13, no. 2 (2012): 261.

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH DASAR-DASAR QUR’ANI DAN SEJARAH TIMBULNYA ILMU KALAM

MAKALAH PENGETIAN MAHABBAH DAN TOKOH YANG MENGEMBNGKAN MAHABBAH

Jurnal Akidah Akhlak Adab Bergaul Dengan: Remaja, Teman Sebaya, Orang Yang Lebih Tua, Orang Yang Lebih Muda, Dan Lawan Jenis

Jurnal Akidah Akhlak Tentang Akhlak Murid Terhadap Guru Menurut Kitab Ta'lim Muta'llim

JURNAL ADAB DALAM PERJALANAN/SAFAR DAN DALILNYA

Jurnal Kesibukan Seseorang Menjadi Alasan Menjamak Sholat Menurut Ulama

Jurnal Adab Dalam Berpakaian Dalil Dan Hikmah Berpakain Sopan